Sabtu, 10 April 2010

Eksistensi, eksistensialisme, atau eksitasi?

Dalam buku kamus ilmiah terpopuler arti kata eksistensi adalah keberadaan wujud yang tampak;adanya; sesuatu yang membedakan anatara suatu benda dengan benda lain. Eksistensialisme adalah sikap pandangan filsafat, teologi dan seni yang menekankan penderitaan atau rasa gelisah manusia, serta menekankan eksistensi manusia dan kualitas-kualitas yang menonjol bagi pribadi-pribadi dan bukan kualitas manusia yang abstrak atau alam atau dunia secara umum. Eksitasi adalah perangsangan; hal membangkitkan gairah; pertumbuhan yang pesat karena pengaruh rangsangan semangat.
Dari pengertian diatas dapat kita lihat bahwa dalam tubuh manusia pasti akan selalu merasa kekurangan itu tidak dapat dipungkiri, adapun juga bahwa manusia yang memiliki kemampuan lebih diatas rata-rata dari orang yang dimiliki akan merasa paling sangat pintar, akan tetapi dapat kita sadari pula bahwa kelebihan dan kekurangan adalah suatu hal yang pasti yang didapat dalam diri setiap individu.
Seberapa pentingkah eksistensi bagi diri kita?, orang yang besar, orang yang bijak tanpa perlu melakukan untuk hal semacam ini, orang yang melakukan hal semacam ini merupakan orang yang selalu ingin di puji, di sanjung dikarenakan kelebihan yang dia miliki. Orang yang besar adalah orang yang dapat dikenal oleh masyarakat dengan sendirinya tanpa adanya seseorang tersebut bersusah payah untuk melakukan/mngenalkan dirinya sendiri.
Sebeapa besar kah perubahan yang dilakukan oleh orang-orang yang selalu ingin “eksis”, ingin dikenal didalam lingkungan dimana dia berada, seberapa besar pengaruh positif yang dia berikan terhadap orang-orang, atau juga seberapa besar pengaruh negatif yang telah ia berikan kepada orang lain.
Apakah kita bangga dengan suatu perubahan, perubahan yang dimana dalam mencapainya ada juga orang yang berusaha untuk memprjuangkannya, akan tetapi orang tersebut tidak ikut untuk dikenal oleh orang lain. Sehingga yang terjadi hnya lah sebuah konflik, sebuah keegoisan dari dalam individu tersebut. orang lain hanya dijadikan sebuah alat untuk mencapai titik kepuasan yanng dia harapkan.
Apakah kita sebagai generasi yang “katanya” memiliki sebuah idialisme, sebuah pemikiran-pemikiran untuk maju kedepan, sebagai agen of change, agen of control, mau saja diboncengi oleh orang-orang yang hanya mencari sebuah kata eksistensi. Seseorang yang melakukan sebuah perubahan hanyha untuk dikenal, tanpa adanya suatu keikhlasan dalam menjalankan sesuatu, yang ada hanya mengaharap sebuah pujian, sanjungan?.
Banyak sangat orang indonesia yang memang dalam melakukan segala sesuatu hanya untuk mendapatkan pujian, sanjungan, kehormatan dan sebagainya apalah namanya. Orang seperti itu tidak jauh bedanya dengan looser, pecundang, dikarenakan melakuikan segala sesuatu tidak didasari ingin benar-benar merubah menjadi sesuatu dengan ikhlas, akan tetapi dengan imbalan. Bodohnya orang seperti itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar